Kanker hati merupakan jenis penyakit keenam yang paling banyak diderita masyarakat di seluruh dunia. Dan tahukah Anda, penyakit ini ternyata lebih banyak dialami pria, dengan rasio tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Staf Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof dr H Ali Sulaiman Ph.D, SpPD, KGEH, FACG, di Jakarta.
Apa indikasi pria lebih berisiko terkena serangan kanker hati dibandingkan wanita? Prof Ali menjelaskan, “Penyebabnya sendiri bisa karena adanya perbedaan hormonal antara pria dan wanita.”
Penyebab lainnya ialah perbedaan eksposur yang memungkinkan pria lebih banyak berada di luar rumah dibandingkan wanita sehingga kemungkinan daya tahan tubuh kaum hawa terhadap virus lebih baik.
Tak hanya itu, pria juga lebih berisiko menderita hepatitis B dan C yang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kanker hati pada manusia. Selain itu, sirosis (pengerasan hati), obesitas, diabetes, paparan jangka panjang terhadap aflatoksin (toksin pada kacang tanah), merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi air yang terkontaminasi racun arsenik.
Orang yang terkena kanker hati, biasanya akan menunjukkan beberapa tanda kesehatan. Tanda yang paling umum, yaitu timbul perasaan eneg, muntah, kehilangan nafsu makan terus-menerus, berkurangnya berat badan dalam waktu singkat, kenyang setelah makan dengan porsi kecil, adanya massa keras di sebelah kanan tepat di bawah rongga rusuk, rasa sakit di sekitar bahu kanan, kulit dan mata menjadi berwarna kuning, kelelahan yang tidak biasa, pusing dan terkadang gatal.
Prof Ali mengakui diagnosa awal penyakit ini seringkali sulit dilakukan karena gejalanya terkadang tidak spesifik. Bahkan lebih dari 40% pasien tidak mengalami gejala saat didiagnosa. Walau demikian, perjalanan hepatitis B/C untuk menjadi kanker hati cukup panjang, bisa mencapai 10-15 tahun, sehingga pencegahan masih bisa dilakukan.
Deteksi dini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda timbulnya gejala kanker hati. Deteksi biasanya dilakukan melalui tes darah (pemeriksaan dengan menggunakan alfa-fetoprotein penanda tumor pada darah), pencitraan (ultrasound, CT Scan, magnetic resonance imaging) atau biopsi.
“Bila dalam riwayat keluarga ada yang meninggal akibat kanker hati, maka risiko hepatitis B menjadi kanker hati akan lebih cepat. Jadi, jika sudah terkena hepatitis B atau C, penderita harus rajin check-up untuk mencegahnya.”
Prof Ali juga mengemukakan data kasus penyakit kanker hati. Dari 632.000 kasus yang terdiagnosa setiap tahunnya, sekitar 450.000 terjadi di Asia Pasifik (lebih dari 70%).
Sementara di Indonesia, menurut data dari GLOBOCAN 2008, terdapat 13.238 kasus dengan angka kematian mencapai 12.825 dari jumlah kejadian. Kanker hati biasanya banyak terjadi pada pasien diusia 40 -50 tahun.
Sumber : http://kosmo.vivanews.com